Opoae ~ Belakangan ini banyak orang yang mengalami stress di kehidupannya. Mulai stress karena masalah pekerjaan, percintaan, atau bahkan dalam rumah tangga.
Tapi bahaya dari stress disinyalir mampu memicu penurunan kemampuan daya ingat dan ketajaman otak di masa mendatang lho ladies! Ga percaya? Coba simak di bawah ini.
Penemuan itu dibuktikan setelah Sara Bengtsson dari Universitas Umea di Swedia mengamati kadar hormon stres dalam otak tikus dihubungkan dengan kemampuan daya ingat mereka yang rendah.
Ternyata tikus dengan tingkat stres yang tinggi diduga memiliki kadar protein beta-amyloid yang lebih tinggi juga dan hal ini berkaitan erat dengan penyakit alzheimer atau penurunan daya ingat.
Akibat dari tingginya kadar amyloid ini, diperkirakan menyebabkan sinapsis otak menjadi tidak berfungsi sehingga menimbulkan masalah daya ingat dan gejala penyakit lainnya.
Bengtsson juga melihat adanya tingkat hormon stres yang disebut allopregnanolone.
Dalam studinya, 79% tikus yang memiliki kadar tinggi akan allopregnanolone mengalami gangguan memeri. "Ini bisa menjadi mekanisme di balik stres memicu penyakit alzheimer," ucapnya.
Dr Simon Ridley, kepala penelitian alzheimer di Inggris menambahkan, "beberapa penelitian telah menyoroti kemungkinan adanya hubungan antara stres kronis, penurunan kognitif dan perkembangan alzheimer dan studi lebih lanjut dibutuhkan untuk menguatkan dugaan itu."
Seperti yang dikutip dari telegraph, Ridley mengungkapkan, "meskipun kita tidak bisa mengatakan bahwa stres kronis menyebabkan Alzheimer, ada sejumlah alasan kesehatan lainnya untuk mengambil langkah-langkah untuk mengelola tingkat stres kita." [in/flm]
Tapi bahaya dari stress disinyalir mampu memicu penurunan kemampuan daya ingat dan ketajaman otak di masa mendatang lho ladies! Ga percaya? Coba simak di bawah ini.
Penemuan itu dibuktikan setelah Sara Bengtsson dari Universitas Umea di Swedia mengamati kadar hormon stres dalam otak tikus dihubungkan dengan kemampuan daya ingat mereka yang rendah.
Ternyata tikus dengan tingkat stres yang tinggi diduga memiliki kadar protein beta-amyloid yang lebih tinggi juga dan hal ini berkaitan erat dengan penyakit alzheimer atau penurunan daya ingat.
Akibat dari tingginya kadar amyloid ini, diperkirakan menyebabkan sinapsis otak menjadi tidak berfungsi sehingga menimbulkan masalah daya ingat dan gejala penyakit lainnya.
Bengtsson juga melihat adanya tingkat hormon stres yang disebut allopregnanolone.
Dalam studinya, 79% tikus yang memiliki kadar tinggi akan allopregnanolone mengalami gangguan memeri. "Ini bisa menjadi mekanisme di balik stres memicu penyakit alzheimer," ucapnya.
Dr Simon Ridley, kepala penelitian alzheimer di Inggris menambahkan, "beberapa penelitian telah menyoroti kemungkinan adanya hubungan antara stres kronis, penurunan kognitif dan perkembangan alzheimer dan studi lebih lanjut dibutuhkan untuk menguatkan dugaan itu."
Seperti yang dikutip dari telegraph, Ridley mengungkapkan, "meskipun kita tidak bisa mengatakan bahwa stres kronis menyebabkan Alzheimer, ada sejumlah alasan kesehatan lainnya untuk mengambil langkah-langkah untuk mengelola tingkat stres kita." [in/flm]
Baca Juga:
- Profil Dan Sejarah Singkat Tim Chelsea
- Kejadian Alam Yang Luar Biasa Aneh
- Obat-Obatan dengan Efek Samping Yang Unik