Opoae ~ Enggan berolahraga di tempat gym bukan berarti Anda malas. Para peneliti mengungkapkan jika Anda takut berolahraga dan lelah berkelanjutan akibat olahraga, ini karena faktor genetik.
Ketika beberapa orang begitu euforia dengan endorfin usai olahraga, ada sejumlah orang yang menemukan suasana hatinya malah memburuk akibat psikobiologis inner voice.
Efek fisik seperti napas terengah-engah usai berolahraga, berkeringat, dan pegal-pegal bisa memicu respons yang berbeda di otak, tergantung orangnya.
Professor Panteleimon Ekkekakis, seorang psikolog olahraga di Iowa State University melakukan percobaan dengan menguji suasana hati seseorang ketika berolahraga.
Ia menemukan, toleransi beberapa orang terhadap faktor sakit yang disebabkan latihan bisa sampai 50 persen dipengaruhi genetik. Para peserta diminta melakukan olahraga sampai kehabisan napas dan mencapai titik yang dikenal sebagai 'batas ventilasi'.
Beberapa peserta menikmati pengalaman olahraga yang semakin sulit, sementara yang lain menemukan suasana hatinya semakin rendah dan menyerah di awal latihan.
Hasil penelitian itu menunjukkan, kapasitas fisik beberapa orang jauh lebih rendah daripada yang disadari sehingga berdampak meski melakukan tugas yang low-impact seperti memasak makan malam yang bisa membuatnya lelah.
"Orang-orang melakukan hal-hal yang membuat mereka merasa lebih baik dan menghindari hal-hal yang membuat mereka merasa lebih buruk. Jadi mereka berhenti, " kata Dr Ekkekakis seperti dikutip Dailymail, Minggu (31/3/2013).
Namun, peneliti menemukan dengan menggunakan trik seperti mendengarkan musik, orang bisa merasa terus baik bahkan sedikit melewati ambang batas ventilasinya.(Mel/Igw)
Ketika beberapa orang begitu euforia dengan endorfin usai olahraga, ada sejumlah orang yang menemukan suasana hatinya malah memburuk akibat psikobiologis inner voice.
Efek fisik seperti napas terengah-engah usai berolahraga, berkeringat, dan pegal-pegal bisa memicu respons yang berbeda di otak, tergantung orangnya.
Professor Panteleimon Ekkekakis, seorang psikolog olahraga di Iowa State University melakukan percobaan dengan menguji suasana hati seseorang ketika berolahraga.
Ia menemukan, toleransi beberapa orang terhadap faktor sakit yang disebabkan latihan bisa sampai 50 persen dipengaruhi genetik. Para peserta diminta melakukan olahraga sampai kehabisan napas dan mencapai titik yang dikenal sebagai 'batas ventilasi'.
Beberapa peserta menikmati pengalaman olahraga yang semakin sulit, sementara yang lain menemukan suasana hatinya semakin rendah dan menyerah di awal latihan.
Hasil penelitian itu menunjukkan, kapasitas fisik beberapa orang jauh lebih rendah daripada yang disadari sehingga berdampak meski melakukan tugas yang low-impact seperti memasak makan malam yang bisa membuatnya lelah.
"Orang-orang melakukan hal-hal yang membuat mereka merasa lebih baik dan menghindari hal-hal yang membuat mereka merasa lebih buruk. Jadi mereka berhenti, " kata Dr Ekkekakis seperti dikutip Dailymail, Minggu (31/3/2013).
Namun, peneliti menemukan dengan menggunakan trik seperti mendengarkan musik, orang bisa merasa terus baik bahkan sedikit melewati ambang batas ventilasinya.(Mel/Igw)
Baca Juga:
- Pemandangan Indah Dari Hasil Geologi
- Mungkinkan Bila Wanita Berbulu?
- Peringkat Kota Seks Tertinggi di Pulau Jawa