Opoae ~ Bersyukurlah para wanita yang lahir di abad 20 ini dan bisa "menikmati" proses persalinan dengan lebih baik, aman, dan mudah. Selain didukung oleh para dokter berpengalaman, perawat yang sigap, juga peralatan medis yang memungkinkan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi selama proses persalinan.
Bahkan Operasi Caesar pun dari hari ke hari sudah semakin canggih.Kalau dulu seorang ibu hamil harus menjalani proses pembiusan total dan tergolek lemah seharian tanpa daya usai operasi, sekarang bahkan sambil nonton televisi sekalipun sang ibu bisa menjalani proses operasi dengan tenang, santai, bahkan sangat nyaman. Dan setelah operasi, dalam hitungan jam (asal sudah ngentut), sang ibu sudah bisa jalan-jalan dan makan di "All You Can Eat Restaurant".
Cobalah Anda sahabat Opoae sesekali membayangkan bagaimana para wanita di masa lalu menjalani proses persalinan? Dari cerita Ibu atau nenek, Anda tentu sudah mendengar tentang betapa sakitnya persalinan itu (dan itu pun Anda alami sendiri saat melahirkan anak dengan cara normal). Namun yang tidak Anda ketahui, di masa lalu, proses persalinan yang mereka - atau bahkan nenek buyut Anda - alami jauh lebih sulit, berat, bahkan berbahaya. Dan sering kali, nyawa mereka menjadi taruhan.
Untuk proses persalinan normal, ada beberapa cara yang dilakukan. Di kawasan Asia, proses persalinan biasanya dilakukan dengan cara mengurut. Sang dukun beranak akan mengurut perut sang wanita dengan gerakan dan tekanan tertentu, yg dapat menstimulasi sang jabang bayi untuk keluar dari perut. Jika sang bayi tidak juga mau keluar, maka akan dipaksa dengan cara didorong. Caranya : Sang dukun berjongkok di atas tubuh sang wanita hamil, sementara 4 - 8 orang keluarga akan asisten dukun akan memegangi tangan dan kaki si wanita. Setelah itu sang dukun akan mendorong paksa si jabang bayi keluar dari perut.
Di negara Eropa, jika bayi sulit keluar walau sang ibu sudah ngeden berjam-jam, maka sang dokter akan mengambil alat semacam dongkrak dari baja, menempelkan alat itu sisi kiri dan kanan persendian selangkangan wanita. Sahabat anehdiduniadotcom alat itu lalu dipompa atau didongkrak sehingga membuat pintu keluar itu membesar (bahkan dibuka sangat besar, sampai-sampai muat untuk kedua tangan sang dokter), lalu sang dokter tinggal memasukkan kedua tangannya ke dalam dan menarik sang bayi keluar dari perut ibunya. Karena proses pemaksaan ini, tidak sedikit wanita yg mengalami retak tulang belikat atau patah tulang selangkang usai persalinan.
Cara lain yg dilakukan para wanita di Eropa masa lalu : Sang wanita yg akan melahirkan berdiri dengan tangan memeluk atau memegang benda (entah itu besi beton, tiang rumah, atau yang lain) yang berfungsi sebagai penahan. Kedua kakinya diregangkan sebesar-besarnya untuk memberikan ruang luas buat si bayi keluar. Sebuah bantal diletakkan tepat di bawah, di tengah2 kaki sang wanita, agar ketika sang bayi keluar, dia akan terjatuh di bantal itu. Setelah semua siap, maka sang wanita mulai mengeden. Jika sulit, biasa dibantu oleh beberapa orang pembantu dengan cara ditekan dan didorong. Cara ini dirasakan "lebih nyaman" dan dapat mengurangi rasa sakit.
Bagaimana jika wanita yg akan melahirkan itu mengalami kelainan dalam kandungan dan harus menjalani operasi? Dia akan ditidurkan terlentang di atas tempat semacam kasur untuk berkemah (velt-bed). Sang ahli bedah akan memijit-mijit perut sang wanita dan mengatur kedudukan bayi. Setelah itu, ahli bedah akan mengambil pisau yang matanya sangat tajam. Dengan gerakan cepat, dia membuat sebuah goresan pembedahan. Dan dalam hitungan detik, saat perut wanita sudah terbuka, dibantu dengan asistennya, dia akan mengangkat si bayi dari perut sang wanita. Setelah itu, dengan gerakan cepat, dia menjahit perut sang wanita. Dan semua dikerjakan dengan sangat cepat. Hal ini dikarenakan kekuatiran para ahli bedah kalau kotoran atau bakteri akan masuk ke tubuh sang wanita dan dapat membuat luka bedah menjadi infeksi.
Jadi sekali lagi, bersyukurlah para wanita yang hidup di masa kini, karena tidak menjalani proses persalinan seperti orang-orang di masa lalu. Dan tetaplah hormati ibu anda sendiri.
Baca Juga: Bahkan Operasi Caesar pun dari hari ke hari sudah semakin canggih.Kalau dulu seorang ibu hamil harus menjalani proses pembiusan total dan tergolek lemah seharian tanpa daya usai operasi, sekarang bahkan sambil nonton televisi sekalipun sang ibu bisa menjalani proses operasi dengan tenang, santai, bahkan sangat nyaman. Dan setelah operasi, dalam hitungan jam (asal sudah ngentut), sang ibu sudah bisa jalan-jalan dan makan di "All You Can Eat Restaurant".
Cobalah Anda sahabat Opoae sesekali membayangkan bagaimana para wanita di masa lalu menjalani proses persalinan? Dari cerita Ibu atau nenek, Anda tentu sudah mendengar tentang betapa sakitnya persalinan itu (dan itu pun Anda alami sendiri saat melahirkan anak dengan cara normal). Namun yang tidak Anda ketahui, di masa lalu, proses persalinan yang mereka - atau bahkan nenek buyut Anda - alami jauh lebih sulit, berat, bahkan berbahaya. Dan sering kali, nyawa mereka menjadi taruhan.
Untuk proses persalinan normal, ada beberapa cara yang dilakukan. Di kawasan Asia, proses persalinan biasanya dilakukan dengan cara mengurut. Sang dukun beranak akan mengurut perut sang wanita dengan gerakan dan tekanan tertentu, yg dapat menstimulasi sang jabang bayi untuk keluar dari perut. Jika sang bayi tidak juga mau keluar, maka akan dipaksa dengan cara didorong. Caranya : Sang dukun berjongkok di atas tubuh sang wanita hamil, sementara 4 - 8 orang keluarga akan asisten dukun akan memegangi tangan dan kaki si wanita. Setelah itu sang dukun akan mendorong paksa si jabang bayi keluar dari perut.
Di negara Eropa, jika bayi sulit keluar walau sang ibu sudah ngeden berjam-jam, maka sang dokter akan mengambil alat semacam dongkrak dari baja, menempelkan alat itu sisi kiri dan kanan persendian selangkangan wanita. Sahabat anehdiduniadotcom alat itu lalu dipompa atau didongkrak sehingga membuat pintu keluar itu membesar (bahkan dibuka sangat besar, sampai-sampai muat untuk kedua tangan sang dokter), lalu sang dokter tinggal memasukkan kedua tangannya ke dalam dan menarik sang bayi keluar dari perut ibunya. Karena proses pemaksaan ini, tidak sedikit wanita yg mengalami retak tulang belikat atau patah tulang selangkang usai persalinan.
Cara lain yg dilakukan para wanita di Eropa masa lalu : Sang wanita yg akan melahirkan berdiri dengan tangan memeluk atau memegang benda (entah itu besi beton, tiang rumah, atau yang lain) yang berfungsi sebagai penahan. Kedua kakinya diregangkan sebesar-besarnya untuk memberikan ruang luas buat si bayi keluar. Sebuah bantal diletakkan tepat di bawah, di tengah2 kaki sang wanita, agar ketika sang bayi keluar, dia akan terjatuh di bantal itu. Setelah semua siap, maka sang wanita mulai mengeden. Jika sulit, biasa dibantu oleh beberapa orang pembantu dengan cara ditekan dan didorong. Cara ini dirasakan "lebih nyaman" dan dapat mengurangi rasa sakit.
Bagaimana jika wanita yg akan melahirkan itu mengalami kelainan dalam kandungan dan harus menjalani operasi? Dia akan ditidurkan terlentang di atas tempat semacam kasur untuk berkemah (velt-bed). Sang ahli bedah akan memijit-mijit perut sang wanita dan mengatur kedudukan bayi. Setelah itu, ahli bedah akan mengambil pisau yang matanya sangat tajam. Dengan gerakan cepat, dia membuat sebuah goresan pembedahan. Dan dalam hitungan detik, saat perut wanita sudah terbuka, dibantu dengan asistennya, dia akan mengangkat si bayi dari perut sang wanita. Setelah itu, dengan gerakan cepat, dia menjahit perut sang wanita. Dan semua dikerjakan dengan sangat cepat. Hal ini dikarenakan kekuatiran para ahli bedah kalau kotoran atau bakteri akan masuk ke tubuh sang wanita dan dapat membuat luka bedah menjadi infeksi.
Jadi sekali lagi, bersyukurlah para wanita yang hidup di masa kini, karena tidak menjalani proses persalinan seperti orang-orang di masa lalu. Dan tetaplah hormati ibu anda sendiri.
- Jika Beberapa Cabang Olahraga Digabungkan
- Kisah Simardan, Malin Kundang Dari Tapanuli
- Foto Unik Yang Bisa Bergerak, Harus Jeli Lihatnya