Opoae ~ Pada postingan kali ini saya akan memposting secercah inspirasi bagi anda semua. Kali ini saya akan menggambarkan sosok seorang tukang rongsok yang begitu inspiratif dan memotivasi hidup saya. Dan pada kali ini saya akan berbagi pada anda tentang apa yang saya fikirkan berkaitan dengan tukang rongsokan itu.
Barusan saya pergi ke rumah sahabat lama saya. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Saya hanya harus melangkah sekitar 100 meter dari rumah lalu saya akan disapa dengan jalan yang menurun dengan view persawahan yang sangat indah. Tepat di bawah jalan yang menukik turun itu adalah rumah teman saya.
2 jam saya berkunjung ke rumah teman lama saya itu. Maklum, namanya juga kawan lama pasti ketika bertemu akan ada banyak topik perbincangan. Mulai dari bisnis, kisah selama sekian tahun berpisah, bahkan masalah cinta. Kali ini saya tidak akan membahas tentang cinta, tapi mungkin nanti apabila ada waktu saya akan share sedikit tentang cinta dan berbagai permasalahannya.
Singkat cerita saya pun pamit pada teman lama saya itu dan berjanji apabila kami berdua ada waktu luang bersama saya akan kembali datang ke rumahnya untuk menjaga tali silaturahmi. Saya pun pulang. Saya tidak membiasakan diri untuk naik kendaraan bermotor karena menurut saya jalan kaki itu lebih sehat dibanding naik kendaraan bermotor. Apalagi cuaca saat itu sedang cerah (pukul setengah 4 sore) jadi view persawahan benar-benar indah.
Coba anda pikirkan, waktu berangkat saya berjalan dengan santai karena jalannya menurun. Lalu saat pulang? Ya, menanjak.
Tadinya saya akan menanjak dengan perlahan-lahan saja karena takut kelelahan. Sembari menikmati udara yang begitu sejuk dan ditemani musik-musik instrumental buatan saya sendiri yang membuat suasana begitu tentram. Namun saat di tengah tanjakan saya melihat seorang tukang rongsokan yang mendorong gerobaknya. Dan gerobak itu dipenuhi oleh bebatuan brangkal yang entah mau ia bawa kemana.
Saya berpikir apabila saya berjalan dengan santai lalu tukang rongsok itu berhasil mengejar saya, maka saya akan diminta tolong untuk mendorong gerobak yang berat itu. Sedangkan suasana waktu itu sedang sangat tentram dan saya tidak mau ketentraman saya ini terganggu karena disuruh mendorong gerobak.
Akhirnya saya pun berjalan agak cepat menaiki tanjakan yang lumayan menukik itu. Dengan maksud untuk menjauhi tukang rongsok tersebut.
Dengan nafas yang masih tidak teratur akhirnya saya berhasil sampai di atas sembari menarik nafas panjang saya pun kembali berjalan lambat. Namun kali ini sangat lambat karena paha saya terasa agak sakit. Mungkin karena barusan menanjak dengan terlalu bertenaga sehingga otot paha saya terasa membengkak.
Tiba-tiba dari belakang terdengar suara “greek...greeekk....grek...” . saya pun menengok ke belakang. Saya hampir kaget. Tukang rongsong itu tepat di belakang saya dan hanya berjarak sekitar 2 meter! Saya hanya terdiam. Bagaimana bisa orang yang mendorong gerobak yang begitu berat tiba-tiba menyusul orang yang tidak membawa apa-apa?
Saya melihat wajahnya yang tidak ada setetes air keringat sedikitpun. Tak lama ia pun menyusul saya dan sekarang keadaannya terbalik, tukang rongsokan itu ada didepan saya dan masih mendorong gerobak beratnya itu. Saya hanya merenung. Ini adalah suatu pelajaran yang berharga. Anda tahu apakah pelajaran yang saya dapatkan kali ini?
Dari kejadian ini bisa saya simpulkan. Orang yang bekerja keras tetapi egois tetap saja tidak akan lebih baik daripada orang yang tenang dan sabar. Meskipun orang itu tidak bekerja keras, tetapi ia menanamkan prinsip “ perlahan tapi pasti “.
Jadi, apabila anda seorang pelajar, mulailah berpikir rasional. Belajar secara dadakan benar-benar bukan cara yang baik. Belajarlah dengan santai tetapi terus menerus. Mudah-mudahan dengan cara seperti itu hasil yang diperoleh akan lebih maksimal.
Cukup sekian renungan yang sederhana ini. Saya harap anda mengerti apa yang saya ingin katakan pada postingan kali ini.
Baca Juga: