Opoae ~ Sebuah survei di Amerika baru-baru ini mengungkapkan satu dari delapan orang dewasa di sana mengalami gigi sensitif. Kondisi tersebut lebih sering ditemukan pada orang dewasa, wanita dan mereka yang mengalami masalah gusi atau yang memutihkan giginya sendiri di rumah.
"Kondisi ini mempengaruhi kehidupan seseorang dan mereka kemungkinan menghindari sejumlah makanan tertentu," ujar Dr. Joana Cunha-Cruz, peneliti asisten profesor di University of Washington dan ketua peneliti riset. Yang menjadi pemicu rasa nyeri adalah makanan dan minuman dingin, panas, manis, dan asam.
"Hanya saja, ini tak membuat mereka merasa kesakitan sepanjang waktu," kata Cunha-Cruz seperti dikutip situs Health Day 1 Maret 2013.
Gigi sensitif kemungkinan berlangsung selama beberapa minggu dan akan membaik beberapa minggu. Kata Cunha-Cruz, gigi sensitif terjadi ketika email gigi keluar, atau ketika jaringan antara gigi dan gusi yang disebut cementum, tidak ada, sehingga menyebabkan kotak kecil yang menghubungkan saraf-saraf di dalam gigi dan memicu keluar gigi.
Penelitian ini melibatkan 37 dokter gigi yang berpraktek di Washington, Oregon, Idaho, Montana dan Utah. Jumlah partisipan yang disurvei adalah 787 orang dewasa. Hasil riset ini muncul di Journal of the American Dental Association edisi Maret 2013.
Para dokter gigi itu menanyai pasien mereka apakah mereka merasa terganggu dengan rasa nyeri, sensitif atau tidak nyaman di gigi atau gusi. Kemudian para dokter gigi ini memerika pasien untuk memastikan bahwa rasa nyeri itu bukan disebabkan hal lain, seperti cavity, gigi berlubang atau gusi bengkak.
Sekitar 12 persen pasien mengalami nyeri atau sensitif pada gigi ternyata tidak ada kaitannya dengan problem lain, sehingga mereka didiagnosis dengan 'gigi sensitif'. Mengenali gejala ini, kata Cunha-Cruz, "memberikan para dokter gigi ide mengenai cara untuk mengatasi masalah tersebut saat berpraktek."
"Gigi sensitif adalah sesuatu yang universal, tetapi pada beberapa orang dan budaya, bisa menjadi lebih berisiko tergantung pada kebiasaan makan mereka, apakah sangat asam, dan apakah mereka minum wine atau alkohol," kata Dr. Richard Trushkowsky, wakil direktur dari International Aesthetic Dentistry di New York University. Ia tidak terlibat dalam riset ini.
Berbeda dengan pandangan para dokter gigi, Cunha-Cruz mengatakan bahwa studi ini tidak menemukan hubungan antara sikat gigi yang agresif dengan kecenderungan mengalami gigi sensitif.
Meski demikian, Trushkowsky merekomendasikan bahwa "Menggosok gigi dengan sikat yang lembut dan tidak menggunakannya secara horizontal, bisa membantu menurunkan risiko terkena gigi sensitif." Simak
sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/03/08/060465780/Satu-dari-Delapan-Orang-Amerika-Bergigi-Sensitif